Rabu, 26 Mei 2010

Menjemur Bayi, Penuhi Kebutuhan Vitamin D-nya

Penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat dimana 9 dari 10 bayi yang diberi air susu ibu (ASI) kekurangan vitamain D. Hal ini dialami  juga oleh bayi yang  minum ASI dan di dampingi susu formula.
Badan pencegahan dan pengendali penyakit (CDC) Amerika Serikat menemukan bahwa bayi membutuhkan suplemen selain makanan yang dikonsumsinya.
"Kita harus mendidik ibu-ibu dan layanan kesehatan masyarakat bahwa mengkonsumsi vitamin D itu harus dan sangat disarankan," demikian jelas Cria Perrine, Ph.D dari CDC divisi gizi, aktivitas fisik dan obesitas.
Penelitian ini dirilis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vitamin D dan dampaknya bagi kesehatan. Selama ini vitamin D dikenal masyarakat sebagai vitamin sinar matahari, karena tubuh manusia memproduksi vitamin D saat terkena sinar matahari. Matahari penting untuk kesehatan tulang, sistem kekebatan tubuh dan berbagai proses tubuh lainnya.
Pada anak-anak jika kekurangan vitamin D mengakibatkan tulang yang rapuh dan meningkatkan resiko penyakit jantung di kemudian hari. Di tahun 2008, American Academy of Pediatric, sebuah organisasi terkemuka kedokteran Amerika menyarankan bayi dan anak-anak untuk mengkonsumsi 200-400 unit internasional (iu).
Dengan menjemur bayi selama 10 sampai 15 menit setiap harinya, tubuh bayi akan menghasilkan kebutuhan vitamin D selama satu hari.

Source : CNN/jawaban.com

Ibu Hamil Makan Untuk Dua Orang Itu Cuma Mitos

Seringkali orangtua menasehati bahwa ibu hamil itu perlu makan yang banyak karena makan untuk dua orang. Namun tahukah bahwa hal ini sebenarnya hanya mitos? Sebuah penelitian tentang perlunya nutrisi bagi ibu hamil mengungkapkan hal ini.
Mereka yang hamil tidak perlu minum susu penuh lemak atau mengubah diet mereka sama sekali selama enam bulan pertama kehamilannya. Bahkan dalam tiga bulan terakhir, mereka hanya butuh menambah ekstra 200 kalori perharinya - atau setara dengan sepotong sandwich kecil.
Mitos tentang makan banyak ini mengakibatkan banyak ibu mengalami obesitas dan dapat membuat bayi mereka mengalami resiko yang sama. Untuk itu, para ibu hamil di sarankan untuk menjaga berat badannya baik sebelum melahirkan maupun sesudahnya.
Bahkan aktifitas fisik untuk menurunkan berat badan secara bertahap setelah melahirkan, hal itu tidak mempengaruhi kemampuan seorang wanita untuk menyusui.
Jadi untuk para ibu hamil, yang terpenting dalam menjaga kehamilan adalah makan makanan bergizi, terutama buah dan sayuran secukupnya dan tetap menjaga kesehatan.

Source : Dailymail.co.uk/jawaban.com

Bayi Jadi Kecil dan Pendek Karena Kafein

Wanita yang minum sedikitnya enam cangkir kopi sehari yang kaya kafein setiap harinya akan membuat bayinya kemungkinan lahir dengan tubuh kecil. Hal ini ditemukan peneliti pada 7.300 wanita di Belanda. Bayi yang dilahirkan para wanita yang banyak minum kopi mulai dari kehamilan 2 sampai 3 bulan bayinya lahir lebih pendek dari pada bayi ibu bayi yang tidak minum kopi.
Selain pendek, bayi juga bertubuh kecil, demikian penelitian yang dirilis dalam American Journal of Clinical Nutrition. Hal ini menjelaskan betapa bahayanya kafein bagi ibu yang sedang hamil.
Dari pantauan para peneliti dari Erasmus Medical Center, kandungan dalam tri semester pertama dan seterusnya sangat rentan terhadap kafein. Penelitian ini menggunakan ultrasound scan untuk memantau pertumbuhan janin pada 7.346 perempuan.
Hingga kini belum diketahui pasti apakah kafein bisa membahayakan kandungan yang berakibat keguguran. Namun untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ini, maka para ahli gizi dan juga dokter meminta agar wanita hamil untuk membatasi konsumsi kafein.

Source : Reuters/jawaban.com

Risiko Penyakit Pada Bayi Lahir Prematur

Jakarta, Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 38 minggu dianggap sebagai prematur. Karena dilahirkan sebelum waktunya maka ada beberapa risiko penyakit yang mungkin terjadi pada bayi mulai dari infeksi, anemia hingga kebutaan.

Kebanyakan bayi dilahirkan pada usia kehamilan penuh yaitu sekitar 38-42 minggu, organ tubuhnya sudah berkembang sepenuhnya. Namun tak sedikit bayi yang lahir sebelum waktunya.

Lebih dari 90 persen bayi prematur yang lahir dengan berat 800 gram atau lebih bisa bertahan hidup, sedangkan jika beratnya sekitar 500 gram atau lebih hanya memiliki 40-50 persen kesempatan hidup.

Bayi yang lahir prematur memang memiliki risiko kesehatan karena organ tubuhnya belum berkembang secara optimal. Seperti dikutip dari Kidshealth, Senin (24/5/2010) ada beberapa risiko yang mungkin bisa terjadi pada bayi prematur, yaitu:

Hiperbilirubinemia
Kondisi ini biasanya mempengaruhi sekitar 80 persen bayi prematur. Bayi prematur ini memiliki tingkat bilirubin yang tinggi, sehingga mengembangkan penyakit kuning. Selain itu bilirubin yang tinggi juga bisa menyebabkan kerusakan otak, karenanya bayi prematur dengan penyakit kuning harus terus dipantau dan ditangani dengan cepat.

Apnea (Berhenti bernapas)
Apnea adalah masalah kesehatan umum pada bayi prematur, hal ini terjadi karena kurang matangnya daerah di otak yang mengendalikan dorongan untuk bernapas. Biasanya bayi berhenti bernapas, denyut jantung yang berkurang dan kulit bisa menjadi pucat, ungu atau biru untuk sementara. Untuk menanganinya cukup merangsang bayi untuk memulai kembali bernapas, tapi jika terlalu sering terjadi kemungkinan diperlukan obat-obatan.

Anemia
Banyak bayi prematur yang kekurangan jumlah sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh, sehingga mengakibatkan anemia. Dalam beberapa minggu pertama kehidupan, bayi tidak membuat sel darah merah yang baru dan usianya lebih pendek dari orang dewasa. Tak jarang beberapa bayi prematur membutuhkan transfusi sel darah merah.

Tekanan darah rendah
Kondisi ini disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi, kehilangan darah, kehilangan cairan atau obat-obatan yang diberikan ibu sebelum kelahiran. Biasanya kondisi ini ditangani dengan meningkatkan asupan cairan, resep obat atau transfusi darah.

Respiratory distress syndrome (RDS)
Salah satu masalah yang paling umum adalah kesulitan bernapas dan paling sering disebabkan oleh sindrom distress pernapasan (RDS). Dalam kondisi ini paru-paru bayi belum berkembang sepenuhnya sehingga tidak cukup menghasilkan zat penting yang disebut surfaktan. Untuk menanganinya biasanya bayi dibantu dengan mesin pernapasan atau ventilator untuk sementara atau penggunaan surfaktan buatan.

Bronchopulmonary Dysplasia
Kondisi ini adalah masalah umum pada paru-paru bayi lahir prematur, terutama jika beratnya kurang dari 1.000 gram. Beberapa hal bisa menyebabkan kondisi ini seperti infeksi, prematur ekstrim serta penggunaan berkepanjangan dari ventilator pernapasan.

Infeksi
Infeksi merupakan ancaman terbesar bagi bayi prematur karena bayi ini masih kurang mampu untuk melawan kuman yang masuk ke tubuhnya. Infeksi ini bisa berasal dari ibu sebelum kelahiran, selama proses persalinan atau setelah kelahiran. Salah satu cara untuk mengurangi risiko infeksi adalah menjaga kebersihan terutama cuci tangan selama bayi di NICU.

Patent Ductus Arteriosus
Ductus arteriosus adalah pembuluh darah pendek yang menghubungkan pembuluh darah utama untuk memasok dari paru-paru ke aorta (pembuluh darah utama yang meninggalkan jantung). Fungsinya pada bayi yang belum lahir adalah memungkinkan darah untuk melewati paru-paru, karena oksigen untuk darah berasal dari ibu. Pada bayi, pembuluh darah ini cukup panjang dan akan segera menutup setelah lahir. Tapi pada bayi prematur kadang tetap terbuka, sehingga menyebabkan kesulitan bernapas dan terkadang gagal jantung.

Cedera mata atau kebutaan
Mata pada bayi prematur sangat rentan terhadap cedera setelah lahir. Salah satu komplikasi yang serius adalah retinopathy of prematurity (ROP), yaitu pertumbuhan abnormal dari pembuluh darah di mata bayi. Sekitar 7 persen bayi yang lahir dengan berat badan 1.250 gram atau kurang mengembangkan ROP dan kerusakan yang terjadi mulai dari mata minus hingga kebutaan. Hingga kini belum diketahui pasti penyebabnya. Karenanya pemeriksaan 1-2 hari setelah kelahiran bayi prematur sangat penting.

detikHealth

Muntah Hijau, Tanda Usus si Kecil Terpuntir

Jakarta, Ketika bayi sakit sulit sekali mendeteksinya. Si bayi tidak bisa bicara hanya tangisnya saja yang terdengar. Kasus usus terpuntir (terpilin) adalah salah satu yang sulit dideteksi. Muntah berwarna hijau adalah salah satu gejalanya terutama pada usia bayi 2 bulan.

Karena susah dideteksi, banyak orangtua yang tidak menyadari, padahal kondisi usus terpuntir ini berbahaya bagi si kecil dan butuh penanganan pembedahan segera.

Terpuntir adalah keadaan yang terjadi jika salah satu usus berputar dengan arah yang berlawanan dengan arah putaran pada ujung yang lain.

Usus terpuntir dalam dunia medis dikenal dengan nama volvulus. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan di usus sehingga mengganggu atau menahan perjalanan sisa makanan, kotoran, cairan atau gas yang melalui usus.

Umumnya kondisi volvulus terkait dengan kelainan bawaan malrotasi usus (salah letak dari usus), namun ada juga yang tidak terkait. Jika volvulus ini berlangsung terus menerus dan tidak segera diobati, maka bisa menyebabkan kematian dari jaringan usus disekitar letak usus terpuntir tersebut.

Seperti dikutip dari eMedicine, Rabu (26/5/2010) sekitar 68-71 persen kasus ini terjadi sejak kelahiran bayi. Kebanyakan kasus terjadi sekitar usia 2 bulan setelah lahir dengan perkiraan sekitar 50 persen terjadi di bulan pertama kehidupan bayi. Namun tidak ada perbedaan antara bayi laki-laki atau perempuan.

Bayi yang mengalami volvulus biasanya akan merasakan gejala seperti:
  1. Sakit perut yang tiba-tiba, hal ini disebabkan saluran dari usus yang tersumbat.
  2. Mual
  3. Muntah yang berwarna hijau
  4. Susah buang air besar (sembelit)
  5. Perut mengembang
  6. Terdapat darah pada feses bayi.

Gejala ini bisa hilang timbul dengan frekuensi berulang atau terjadi secara drastis sehingga memerlukan pertolongan.

Pengobatan kasus ini adalah melakukan pembedahan darurat untuk memperbaiki kondisi usus terpuntir. Sebuah sayatan akan dibuat di dinding perut untuk memperbaiki posisi dari usus dan memperbaiki penyumbatan aliran darahnya.

Jika ketahui ada jaringan di usus yang sudah mati, maka dilakukan pemotongan bagian usus tersebut, dan ujung dari usus yang sehat di jahit kembali. Karenanya diperlukan deteksi lebih dini dari kondisi ini, jika pembedahan dilakukan lebih dini maka kemungkinan tidak ditemukan adanya jaringan di usus yang mati.

Ada beberapa kemungkinan komplikasi dari kondisi ini yaitu infeksi perut jika terjadi penyumbatan di usus yang nantinya dapat menyebabkan perforasi usus, serta sindrom usus pendek yang bisa terjadi jika sebagian besar usus harus dipotong karena mengalami kematian jaringan.

Untuk mendeteksinya diperlukan beberapa pemeriksaan seperti pengujian sampel feses, melakukan X-Ray, melakukan CT Scan untuk mengetahui bagaimana obstruksi dari usus serta tes darah untuk memeriksa kadar elektrolit yang biasanya menunjukkan adanya kelainan.


detikHealth

Minat Belajar Anak Besar Jika di Rumah Ada 20 Buku Bacaan

Nevada, Tidak peduli latar belakang pendidikan orang tua, pekerjaan maupun kelas sosial, pengaruh buku bacaan terhadap minat belajar ternyata cukup besar. Tak perlu banyak-banyak, sebuah penelitian membuktikan bahwa 20 buku sudah bisa memberikan efek tersebut.

Dikutip dari Telegraph, Selasa (25/5/2010), penelitian yang dilakukan di Nevada University ini dilatarbelakangi oleh rendahnya minat baca di sekolah. Guru cenderung mengabaikan pentingnya baca buku, dan beralih ke Lembar Kerja Siswa (LKS) demi mengejar target lulus ujian.

Michael Rosen, seorang mantan penulis buku untuk anak prihatin melihat hal itu. Menurutnya banyak anak yang menjalani pendidikan formal selama sekian tahun, tanpa pernah membaca buku meski hanya untuk satu jilid novel.

Padahal efek dari membaca terhadap minat belajar cukup signifikan. Penelitian membuktikan, anak yang sejak kecil banyak membaca cenderung untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Research in Social Stratification and Mobility tersebut telah membuktikan hal itu. Tidak bisa dianggap remeh, sebab penelitian tersebut melibatkan tak kurang dari 70.000 orang dari 27 negara.

Terungkap dalam penelitian itu, koleksi sebanyak 500 judul buku dapat memperpanjang waktu yang dihabiskan seorang anak untuk menempuh pendidikan. Rata-rata anak tersebut menempuh pendidikan 3 tahun lebih lama
dibandingkan yang kurang banyak membaca.

Di beberapa negara seperti China, efeknya terhadap minat studi lebih panjang yakni hingga 6 tahun. Sementara di Amerika Serikat hanya 2 tahun lebih lama.

Artinya, anak tersebut tidak berhenti pada jenjang pendidikan tertentu melainkan meneruskan ke jenjang berikutnya. Ini tidak dialami oleh anak yang tidak atau kurang banyak membaca.

Dan hasil penelitian tersebut menegaskan, faktor yang mempengaruhi bukan tingkat pendidikan orang tua maupun pekerjaannya. Buku jauh lebih memberikan pengaruh terhadap kecenderungan untuk lebih lama bersekolah.

Bahkan tidak harus 500 buku, cukup dengan 20 buku saja anak sudah termotivasi untuk belajar lebih lama. Studi pendahuluan yang menyertai penelitian itu juga mengungkap, buku sejarah dan ilmu pengetahuan memberikan efek lebih besar dibandingkan jenis buku yang lain.

detikHealth

Yang Boleh dan Tak Boleh Dikonsumsi Anak, Saat Susah BAB

Jakarta, Saat si kecil mengalami susah buang air besar (BAB) atau sembelit, orangtua harus cermat memberikan makanan yang tepat. Karena ada makanan yang sebaiknya dikonsumsi dan dihindari ketika si kecil sedang susah BAB.

Bagi beberapa anak, jarangnya frekuensi BAB bisa jadi merupakan hal yang normal karena frekuensi BAB tiap orang pasti berbeda.

Tapi untuk mengetahui apakah anak mengalami susah BAB tergantung dari seberapa sering ia merasa sakit perut tapi sangat sulit buang air besar dan membutuhkan waktu yang lama bagi anak di toilet.

Jika feses yang dihasilkan lunak dan keluar dengan mudah dari dalam tubuh, maka itu bukanlah sembelit meskipun frekuensi BAB si kecil termasuk jarang.

Seperti dikutip dari Familydoctor.org, Selasa (25/5/2010) seorang anak dikatakan memiliki masalah susah BAB jika memiliki satu atau lebih dari gejala berikut, yaitu:
  1. Anak melakukan BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu.
  2. Feses yang dikeluarkan si kecil sangat keras, kering dan besarnya tidak seperti biasa.
  3. Anak harus mengejan dengan keras saat BAB, karena kotorannya sulit untuk dikeluarkan.
  4. Beberapa anak biasanya diikuti dengan sakit perut dan menjadi lebih rewel.

Sulitnya si kecil BAB kemungkinan terjadi akibat ia kurang mengonsumsi air, susu atau cairan lainnya. Selain itu bisa juga disebabkan anak tidak mengonsumsi makanan yang sehat terutama yang mengandung serat cukup. Serta akibat anak sering mengabaikan keinginan untuk BAB karena tidak ingin acara bermainnya terganggu atau merasa takut dan malu dengan gurunya saat di sekolah.

Untuk mengatasi susahnya BAB, terkadang orangtua harus mengetahui makanan apa saja yang boleh dikonsumsi dan makanan yang sebaiknya dihindari, yaitu:

Makanan yang sebaiknya dikonsumsi
  1. Mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung serat, baik dalam bentuk potongan atau dibuat jus, seperti apel, pir, brokoli atau bayam.
  2. Mengonsumsi kacang-kacangan seperti kacang polong, buncis atau lobak.
  3. Mengonsumsi tomat dan jagung.
  4. Mengonsumsi roti dari gandum atau terigu.
  5. Mengonsumsi sereal atau cracker, terutama yang mengandung sayuran.

Makanan yang sebaiknya dihindari
  1. Menghindari susu sapi, karenanya banyak anak yang mengalami susah BAB saat berpindah dari ASI ke susu sapi.
  2. Menghindari makanan atau minuman yang berbahan dasar susu, seperti yoghurt, keju atau es krim.
  3. Menghindari konsumsi buah pisang.
  4. Menghindari konsumsi wortel.
  5. Menghndari makanan yang mengandung lemak dan kadar gula tinggi.

Untuk mencegah susah BAB pada anak, orangtua sebaiknya memberikan pelatihan agar BAB anak teratur. Orangtua bisa mengajarkan anak pergi ke kamar mandi ketika ia pertama kali merasakan keinginan untuk BAB.

Selain itu bantulah anak untuk membentuk kebiasaan BAB yang teratur dengan meminta anak duduk di toilet setidaknya 10 menit setiap harinya di waktu yang sama, usahakan setelah anak makan.

Susah BAB biasanya adalah hal yang umum terjadi pada anak-anak dan bisa hilang dengan sendirinya. Tapi pada beberapa kondisi tertentu si kecil sebaiknya perlu dibawa ke dokter, jika disertai dengan muntah-muntah, feses yang berdarah, anak merasakan sakit perut yang hebat setiap kali ingin BAB dan kondisi ini sudah berlangsung lebih dari 3 hari.

detikHealth

Senin, 17 Mei 2010

Gas Xenon Cegah Kerusakan Otak Bayi Karena Kurang Oksigen

Bristol, Inggris, Bayi yang terlahir kurang oksigen bisa membuat otaknya rusak. Kini ada salah satu cara untuk mencegah kerusakan otak akibat kondisi tersebut, yaitu dengan memberikan gas xenon.

Sebuah rumah sakit di Inggris menjadi yang pertama di dunia dalam melakukan perawatan ini untuk mencegah bayi yang baru lahir mengalami cedera otak.

Bayi beruntung yang mendapatkan perawatan gas xenon tersebut adalah Riley Joyce yang mengalami gangguan kekurangan oksigen saat dilahirkan. Riley memiliki kemungkinan 50 persen luka permanen di otak yang dapat menyebabkan cacat seperti cerebral palsy.

Gas xenon yang diberikan tersebut berfungsi untuk menghambat kematian sel saraf yang nantinya dapat menyebabkan kerusakan di otak dan menimbulkan kecacatan.

Proses ini dilakukan di St Michael's Hospital, Bristol, Inggris. Di tempat ini para tim spesialis telah merintis teknik cara mencegah cedera otak pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen saat lahir akibat komplikasi.

Gas xenon dapat meningkatkan efek pendinginan yang lebih baik dalam melindungi otak. Gas xenon ini sebelumnya telah digunakan pada orang dewasa yang menjalani operasi bypass jantung, tapi teknik ini belum pernah digunakan pada bayi yang baru lahir.

Prof Marianne Thoresen dan Dr James Tooley menstabilkan Riley pada suhu 33,5 derajat celsius, sebelum mesin pernapasan Riley terhubung ke sistem pengiriman xenon selama 3 jam.

Riley dijaga agar tetap dingin selama 72 jam, lalu secara perlahan mulai dihangatkan hingga akhirnya ia bisa bernapas secara normal tanpa bantuan mesin pada hari kelima.

"Setelah tujuh hari Riley mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran hingga bisa melihat wajah ibunya dan memegang kepalanya sambil menyusui," ujar Prof Thoresen, seperti dikutip dari Telegraph, Senin (12/4/2010).

Riley dikirim dari Royal United Hospital dalam kondisi kritis, yaitu tidak ada tanda detak jantung sehingga harus dihidupkan kembali. Saat dipindahkan ke rumah sakit di Bristol, gelombang otaknya sudah menunjukkan tanda-tanda abnormal.

Prof Marianne Thoresen menuturkan pada tahun 2002, John Dingley dan dirinya mulai menyadari potensi dari xenon dalam hal pendinginan yang memungkinkan mengurangi potensi kecacatan.

"Selama 8 tahun kami telah melakukan percobaan di laboratorium dan melihat efek perlindungan dari xenon dalam hal pendinginan otak. Namun tantangan yang harus dihadapi saat itu adalah bagaimana memberikan gas yang aman dan efektif pada bayi baru lahir," ujar Prof Thoresen.

Dr Dingley pun telah mengembangkan peralatan untuk anestesi xenon pada orang dewasa selama 10 tahun, dan kini ia telah berhasil menciptakan sebuah mesin yang dapat mengirimkan gas xenon pada bayi yang baru lahir.

Tidak adanya efek samping dan kemampuannya untuk melindungi otak membuat pengobatan ini menjadi potensial untuk diterapkan pada bayi.



(ver/ir)

Vera Farah Bararah - detikHealth

Bayi Baru Lahir Banyak Terkena Sifilis

Atlanta, Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang biasanya banyak terjadi pada pria yang doyan gonta ganti pasangan. Tapi kini banyak pula bayi yang terlahir dengan sifilis karena tertular dari sang ibu.

Penyakit sifilis ini biasanya banyak terjadi pada pria gay atau biseksual. Namun, akhir-akhir ini juga diperburuk dengan banyaknya penularan di kalangan heteroseksual.

Menurut laporan pemerintahan AS, lebih banyak bayi di Amerika Serikat yang lahir dengan sifilis. Dan kebanyakan dari mereka terlahir dari ibu yang menggunakan kokain dan bekerja dalam perdagangan seks.

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Hal ini sering tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun dan karena itu bisa ditularkan oleh orang yang tidak menyadari mereka terinfeksi.

Bila seorang ibu yang sedang hamil menderita sifilis, maka ada kemungkinan bayi dilahirkan akan mati, tuli, mengalami kerusakan saraf atau cacat tulang. Tetapi hal ini seharusnya bisa dicegah dengan pemberian antibiotik sebulan sebelum kelahiran pada ibu hamil.

"Tingkat sifilis bawaan pada bayi berusia di bawah 1 tahun meningkat sebesar 23 persen. Sebanyak 8,2 kasus dari 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, dan mencapai 10,1 pada tahun 2008," ujar tim Centre for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, seperti dilansir dari Health24, Senin (19/4/2010).

Menurut tim CDC, peningkatan itu juga diikuti dengan kenaikan 38 persen kasus pada perempuan berusia lebih dari 10 tahun. Dan kenaikan terbesar diantara kalangan perempuan berkulit hitam.

"Sifilis di kalangan perempuan kulit hitam telah dikaitkan dengan penggunaan kokain dan pekerja seks komersial (PSK). Kasus sifilis bawaan ini diperkirakan juga akan meningkat pada tahun-tahun mendatang," ujar tim CDC.

Sifilis primer yang ditularkan melalui hubungan seks, biasanya diawali dengan sakit tunggal yang disebut chancre.
Jika tidak diobati, pasien dapat mengalami ruam, demam, pembengkakan kelenjar getah bening dan gejala lainnya. Tahap akhir dari sifilis ditandai dengan kerusakan otak, saraf, mata, jantung, serta organ lainnya.



(mer/ir)

 Merry Wahyuningsih - detikHealth

Bayi Bisa Bedakan Mainan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jakarta, Bisakah bayi membedakan mainan anak perempuan atau lelaki? Ternyata sangat bisa. Di sebuah ruangan yang diisi puluhan anak, bayi laki-laki akan lincah memilih mobil-mobilan sedangkan bayi perempuan dengan tenang mengambil boneka.

Sebelum anak bisa merangkak, kecenderungan yang terjadi memang seperti dugaan yang berkembang di masyarakat, bahwa anak laki-laki menyukai robot-robotan atau mobil dan perempuan mainan boneka.

Dalam studi ini peneliti memberikan tujuh mainan berbeda, dan didapati anak laki-laki lebih memilih mobil-mobilan, alat penggali dan bola serta mengabaikan boneka beruang. Sementara anak-anak perempuan memilih boneka beruang, mainan masak-masakan atau miniatur lainnya yang berwarna-warni.

"Diketahui bahwa anak laki-laki lebih memilih mainan yang bisa berjalan atau bergerak sedangkan anak perempuan menyukai mainan yang memiliki raut wajah atau berhubungan dengan pengasuhan," ujar Sara Amalie OToole Thommessen dari City University di London, seperti dikutip dari Health24, Selasa (20/4/2010).

Dalam studi ini melibatkan 83 anak yang berusia 9 bulan hingga 3 tahun dan diamati waktu bermainnya selama 3 menit. Sebelumnya, peneliti menyurvei 300 orang dewasa untuk menanyakan mainan apa yang terlintas di pikirannya pertama kali jika berhubungan dengan jenis kelamin. Sekitar 90 persen menjawab mobil untuk laki-laki dan boneka untuk perempuan.

"Kami sangat tertarik untuk melihat apakah anak laki-laki memiliki preferensi berbeda tentang warna. Kami menawarkan boneka beruang biru dan pink, tapi ternyata anak-anak ini tidak menunjukkan minat terhadap boneka beruang sama sekali," ujar Thommessen.

Berdasarkan studi ini didapati anak perempuan berusia 27-36 bulan sekitar 50 persennya tertarik dengan boneka dan anak laki-lakinya sekitar 87 persen tertarik dengan mobil dibandingkan bola.

Hasil ini meningkatkan persepsi pilihan mainan terhadap jenis kelamin yang pernah dilakukan pada studi tahun 2001. Namun dampak sosialisasi dan lingkungan juga tidak bisa diabaikan, karena pemilihan mainan anak-anak juga bisa berdasarkan apa yang sering dilihat oleh anak tersebut.

Saat masih bayi, seorang ayah akan cenderung lebih aktif mengajak bercanda anak laki-lakinya, sementara dengan anak perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berbicara. Saat bertambah usia laki-laki didorong lebih aktif mengeksplorasi lingkungan, sedangkan anak perempuan didorong untuk bermain dengan tenang.

Hal inilah yang membuat anak laki-laki lebih menyukai mobil, robot atau mainan bergerak lainnya, sedangkan perempuan lebih menyukai segala hal yang memiliki raut wajah atau permainan pengasuhan.



(ver/ir)

Vera Farah Bararah - detikHealth

Benda-benda yang Paling Sering Ditelan Bayi

Jakarta, Pernahkah mendapati bayi Anda mengunyah tanah di halaman depan rumah atau menggigiti gorden? Jika tidak sedang mengajarinya bermain debus, sebaiknya awasi benda apa saja yang masuk ke mulut si bayi.

Di tahap awal perkembangannya, bayi memang suka memasukkan sesuatu ke dalam mulut mereka. Dalam teori psikoanalisis yang digagas Sigmund Freud, tahap ini dinamakan fase oral.

Pada tahap yang umumnya berlangsung hingga usia 1-2 tahun ini, bayi mendapatkan kepuasan lewat mulut mereka. Mulai dari menyusu, menggigit puting ibu, menelan makanan, hingga mengunyah benda apapun yang mereka pegang.

Mungkin masih wajar kalau yang dimasukkan mulut adalah pulpen atau jari mereka sendiri, selama benda-benda tersebut dalam keadaan bersih. Namun tak jarang mereka memasukkan benda-benda aneh, sehingga lebih baik kalau benar-benar diawasi.

Berikut ini adalah 4 macam benda aneh yang menarik perhatian adek bayi untuk dimasukkan ke dalam mulut mereka, dilansir dari Parenting, Senin (19/4/2010).

1. Krayon
Pada krayon, warna-warni adalah hal yang paling menarik bagi bayi. Yang perlu diperhatikan adalah kandungan yang ada, pastikan tidak beracun. Umumnya krayon untuk anak-anak memang tidak mengandung bahan beracun, sehingga jika tertelan kemungkinan hanya akan memberi sedikit 'warna-warni' pada kotoran bayi.

2. Kertas
Anda boleh jengkel jika yang dikunyah adalah novel kesayangan atau koran terbaru yang belum sempat dibaca headline-nya. Tapi jangan terlalu panik, kertas yang tertelan umumnya tidak mengganggu pencernaan. Asalkan tidak berlebihan dan tidak tercemar kotoran lain, kertas bisa dianggap sebagai serat tambahan.

3. Pup (kotorannya sendiri)
"Tentunya ini sangat menjijikkan, tetapi tidak terlalu mengkhawatirkan." ungkap Louis Borgenicht, M.D., pengarang buku The Baby Owner's Manual. Menurutnya, akan lebih berbahaya jika kotoran tersebut masuk ke mata, karena bisa menyebabkan pink-eye (conjunctivitis atau kemerahan disertai pembengkakan pada selaput
mata).

4. Koin
Uang logam maupun baut yang lepas dari mainan bisa menarik perhatian bayi. Logam tertentu jika tidak kotor oleh pelumas mungkin tidak beracun, tetapi sangat berbahaya jika sampai tertelan. Segera hubungi dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.



(up/ir)

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Infeksi Pernapasan 'Pencabut Nyawa' Balita

Edinburgh, Dari banyak faktor penyebab kematian balita seperti kurang gizi, pneumonia, diare ternyata infeksi pernafasan juga berperan besar. Penyakit ini bagai 'dewa pencabut' nyawa balita.

Sebanyak 200 ribu anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia karena infeksi akut dari respiratory syncytial virus (RSV).

Peneliti meminta adanya pencegahan dan strategi pengobatan baru untuk mengurangi penyebab utama kematian anak-anak ini.

Diperkirakan setidaknya ada 3,4 juta anak yang mengalami infeksi berat ini dan membutuhkan bantuan perawatan di rumah sakit. Dari jumlah itu sekitar 66 ribu hingga 199 ribu anak-anak meninggal yang hampir 99 persennya terjadi di negara berkembang.

"Secara menyeluruh, RSV adalah penyebab utama kematian anak akibat ALRI (infeksi saluran pernapasan akut rendah (acute lower-respiratory tract infections/ALRIs) setelah pneumonia dan Haemophilus influenzae tipe b," ujar Dr Harish Nair dari Center for Population Health Sciences di University of Edinburgh, seperti dikutip dari HealthDay, Senin (19/4/2010).

RSV sangat menular dan bisa menyebar melalui tetesan yang mengandung virus ketika seseorang batuk atau bersin. Virus ini juga dapat hidup pada permukaan seperti meja atau gagang pintu serta pada tangan dan pakaian.

Penularan virus ini sangat mudah jika anak menyentuh barang-barang yang terkontaminasi itu. Selain itu RSV dapat menyebar dengan cepat di sekolah atau pusat penitipan anak. Setidaknya hampir semua anak pernah terinfeksi RSV satu kali saat berusia 2 tahun.

Rasio kematian kasus pada anak-anak di negara berpenghasilan tinggi sekitar 0,7 persen pada anak di bawah 1 tahun dan 0,3 persen pada anak di bawah usia 5 tahun.

Tapi rasio pada negara berkembang adalah 2,1 persen untuk anak-anak di bawah 1 tahun dan 2,1 persen juga pada anak di bawah usia 5 tahun.

Hasil penelitian ini telah dipublikasikan secara online sejak tanggal 16 April lalu dan akan diterbitkan dalam majalah The Lancet edisi mendatang.



(ver/ir)

Vera Farah Bararah - detikHealth

Mati Karena Tersedak Mengancam Balita

Jakarta, Anak-anak usia di bawah 3 tahun paling senang memasukkan sesuatu ke dalam mulut karena dari situlah mereka mendapat kepuasan. Efek negatifnya, anak-anak berisiko mati karena tersedak.

Leher tersedak terjadi ketika ada benda asing yang masuk dan menghambat saluran pernafasan sehingga anak seperti tercekik. Benda apapun yang ukurannya bisa masuk ke mulut anak sangat mungkin tertelan, lalu tersangkut di aliran pernafasan dan menyebabkan tersedak.

Data Centers for Disease Control (CDC) seperti dilansir ilansir dari Healthday, Selasa (20/5/2010), menyebutkan 60 persen kasus tersedak disebabkan oleh makanan. 31 persen oleh benda lain yang bukan makanan, dan 9 persen lagi penyebabnya tidak tercatat.

Saat tersedak, umumnya anak memberi tanda dengan meletakkan tangannya di leher. Tanda lain yang mungkin menyertai antara lain:

  1. Tidak mampu bicara
  2. Sulit bernafas atau nafasnya bersuara
  3. Tidak bisa batuk
  4. Bibir, kulit dan menghitam
  5. Kehilangan kesadaran atau pingsan

Anak yang tersedak harus segera mendapat pertolongan, karena akibat yang ditimbulkan bisa sangat fatal. Selama saluran nafas tersumbat, suplai oksigen ke otak terhambat dan bisa meyebabkan kematian.

Palang Merah Internasional merekomendasikan pendekatan five-and-five pada pertolongan pertama pada kasus tersedak.

1. Beri 5 tepukan di punggung menggunakan telapak tangan, tepat di antara tulang belikat
2. Beri 5 tekanan di daerah perut dengan metode Heimlich maneuver.
3. Lakukan bergantian 2 langkah di atas, berulang-ulang hingga benda yang menyebabkan tercekik keluar.

Jangankan balita yang belum tahu mana yang berbahaya dan tidak, orang dewasa pun kadang mengalami peristiwa mati karena tersedak.

Tersedak bisa terjadi saat seseorang minum atau makan dengan cepat atau terburu-buru dan dalam jumlah yang banyak, saat makanan secara tidak sengaja terhirup ketika sedang tertawa atau menangis dan keracunan alkohol akut terutama saat kemampuan menelan dan mengunyah sudah lemah.

Saat seseorang tersedak jalur pernafasan terhambat sehingga tidak ada oksigen yang masuk ke dalam paru-paru. Otak akan sangat sensitif jika asupan oksigen berkurang dan lama kelamaan akan mulai mati dalam waktu antara 4 jam sampai 6 jam. Disinilah pentingnya pertolongan pertama.



(up/ir)

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Bayi yang Dibiarkan Nangis Terlalu Lama, Otaknya Bisa Rusak

London, Saat bayi baru mulai menangis, ada orangtua yang terkadang membiarkannya dulu baru setelah itu menolongnya. Tapi bayi yang sering dibiarkan menangis terlalu lama bisa memiliki masalah dalam pengembangan otaknya.

Penelope Leach, seorang pakar kesehatan anak menemukan bayi yang tertekan berkali-kali dan dibiarkan menangis lama berisiko mengembangkan masalah di kemudian hari.

Studi membuktikan otak bayi yang dibiarkan menangis untuk jangka waktu lama, berisiko mengalami kerusakan dalam perkembangannya yang dapat mengurangi kapasitasnya untuk belajar.

"Ini bukan sekedar pendapat, tapi sebuah fakta bahwa membiarkan bayi menangis berpotensi merusak otaknya. Jadi mengapa harus mengambil risiko seperti itu?" ujar Leach, seperti dikutip dari Independent, Jumat (23/4/2010).

Apa yang diungkapkan oleh Leach ini menimbulkan kontroversi dengan seorang guru Gina Ford yang secara ketat menerapkan metode untuk membiarkan bayi menangis selama 20 menit.

Gina menyarankan orangtua baru untuk membiarkan bayinya menangis agar si bayi mendapatkan pembelajaran mental untuk bisa tidur dengan sendirinya.

"Seorang bayi yang sudah terlalu lama menangis pada akhirnya akan berhenti. Hal ini bukan karena ia telah belajar untuk tidur sendirian, tapi karena ia kelelahan dan telah putus asa untuk mendapatkan bantuan," ungkap Leach.

Tapi Lech punya argumen bahwa menangis itu adalah satu-satunya cara bayi untuk memberikan sinyal ketika merasa tidak nyaman atau tertekan.

Jika bayi semakin keras menangis menunjukkan ia sedang stres, dan stres yang akut bisa menyebabkan reaksi hormonal berantai yang pada akhirnya dapat merangsang kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon stres.

Menurut Lech, jika kejadian ini berlangsung terus menerus maka bisa menghasilkan banyak hormon stres yang dapat merusak otak bayi.

"Hal ini bukan berarti bayi tidak boleh menangis atau orangtua menjadi khawatir jika semua bayinya menangis. Karena bukan menangis yang buruk untuk bayi, tapi menangis yang tidak mendapatkan responslah yang bisa berakibat buruk," kata Lech.

Hal tersebut diamini oleh Anastasia Baker, seorang direktur Night Nanny yang mengungkapkan tak ada salahnya untuk meninggalkan bayi menangis selama beberapa menit. Tapi yang bermasalah adalah jika orangtua membiarkan bayinya menangis terlalu lama hingga si bayi tertidur.

"Jelas tidak ada yang menganjurkan untuk meninggalkan bayi menangis dalam waktu lama. Tapi saya rasa Anda dapat meninggalkan bayi beberapa menit lalu mendatanginya untuk menenangkannya. Hasil ini telah menunjukkan bahwa dengan menggunakan teknik ini dapat membantu mengatasi masalah tidur pada anak dan memiliki efek yang sangat positif pada kehidupan keluarganya," ujar Mandy Gurney, pendiri Millpond Sleep Clinic.

Jadi jika mendengar bayi Anda menangis, sebaiknya tak membiarkannya menangis untuk waktu yang terlalu lama. Karena hal ini bisa berdampak bagi perkembangan otaknya akibat hormon stres yang dihasilkan terlalu tinggi.



(ver/ir)

Vera Farah Bararah - detikHealth

Bayi 6 Bulan Tahu Mana yang Baik dan Buruk

New York, Setiap manusia diyakini sudah memiliki sikap moral yang melekat sejak dilahirkan. Terbukti pada bayi usia enam bulan sudah bisa membedakan sesuatu yang baik dan buruk sebelum orangtua mengajarkannya.

Profesor Paul Bloom dari Yale University menuliskan dalam majalah New York Times bahwa sebenarnya bayi sudah mempersiapkan sikap moral sejak dilahirkan.

Temuan ini diketahui setelah peneliti meminta bayi dari segala usia untuk memilih karakter yang dilihat sebagai berperilaku buruk atau baik.

Ternyata bayi-bayi tersebut cenderung lebih memilih karakter baik. Selain itu mereka juga tidak menyukai karakter nakal atau buruk dengan cara tidak mau melihatnya dan berusaha untuk memukulnya.

Penelitian yang dilakukan oleh tim psikologi dari Infant Cognition Centre di Yale University, Connecticut ini bertentangan keyakinan yang dipromosikan oleh psikologi Sigmund Freud. Bapak psikolog itu menyatakan bayi yang baru dilahirkan belum memiliki sikap moral dan membutuhkan suatu kondisi untuk mengetahui mana yang benar atau salah.

Sementara dalam studi lain, peneliti melibatkan bayi usia 6 bulan hingga 1 tahun dan menggunakan media film animasi untuk menunjukkan karakter baik dan buruk dari tokohnya.

Hasilnya, sekitar 80 persen bayi lebih menyukai karakter baik yang suka membantu dengan cara mengukur berapa lama mereka melihat foto dari tokoh tersebut.

"Dengan menggunakan bantuan percobaan yang dirancang baik, kita bisa melihat bahwa pemikiran, pertimbangan dan perasaan moral sudah terbentuk sejak satu tahun pertama kehidupannya," ujar Prof Paul Bloom, seperti dikutip dari ParentDish, Selasa (11/5/2010).

Peter Willatts, psikologi dari Dundee University menuturkan temuan ini menunjukkan seseorang tidak bisa masuk ke dalam pikiran bayi dan meminta mereka melakukan sesuatu, tapi harus mencari tahu hal apa yang paling menarik perhatiannya. Hal ini menunjukkan bahwa bayi-bayi tersebut sebenarnya sudah bisa menentukan hal apa yang baik dan buruk dengan sendirinya.

"Kami sekarang tahu bahwa dalam enam bulan pertama, bayi belajar segala hal lebih cepat dari yang kita bayangkan. Terkadang apa yang ada dipikiran dan dipelajari bayi sulit untuk dimengerti," ungkapnya.

Vera Farah Bararah - detikHealth